DAMPAK CORONA EURO MELEMAH

mata uang euro

Wabah virus Corona Wuhan yang baru-baru ini mendapatkan nama baru COVID 19 merupakan momok yang sedang membayangi dunia. Dampak virus Corona bukan hanya dalam bidang kesehatan dan keseharian masyarakat saja, namun efeknya diperkirakan juga akan menghantam perekonomian China dan banyak Negara lain.

Tak dapat dipungkiri, China merupakan negara yang terpukul paling parah oleh wabah virus Corona. Hingga saat ini, beberapa kota di China masih diisolasi. Dengan adanya kasus ini, melemahnya mata uang Negara terjadi di beberapa titik, salah satunya di mata uang Euro.

Nilai tukar mata uang Euro melemah terhadap sejumlah mata uang negara utama dunia. Siang ini, euro tercatat melemah terhadap franc Swiss, yen Jepang, dolar Amerika Serikat (AS), dolar Taiwan, dan yuan China.

Mengutip data RTI, Rabu (11/3/2020), pelemahan euro terdalam tercatat terhadap mata uang rupiah, yen Jepang, dan dolar AS. Posisi euro terhadap rupiah per pukul 11.15 WIB tercatat melemah 79 poin (0,49%) ke level Rp 16.267.

Sementara terhadap yen Jepang, euro tertekan 0,5 poin atau 0,44% ke level 118,59 yen. Dan terhadap dolar AS, euro tercatat paling rendah 0,42% ke level US $1,13.

Selain Italia, Prancis, Spanyol, dan Jerman, ada pula Swiss, Norwegia, Belanda, Swedia, Belgia, Denmark, dan Austria yang negaranya terjangkit virus corona lebih dari 100 kasus. Pelemahan euro terhadap sejumlah mata uang menguat seiring dengan melonjaknya kasus virus corona di Eropa.

Lonjakan kasus virus corona di Eropa masih menjadi isu utama perdagangan mata uang. Bahkan kini Jerman, Spanyol, Prancis, dan Italia, 4 negara dengan nilai ekonomi terbesar di zona euro kini masuk kedalam daftar 10 besar negara dengan jumlah kasus corona terbanyak di dunia.

Berdasarkan data Johns Hopkins CSSE, jumlah kasus di Jerman mencapai 1.225 orang, Spanyol 1.235 orang, Prancis 1.412 orang, dan Italia 9.172 orang. Italia kini bahkan menjadi negara dengan kasus corona terbanyak kedua di bawah China (80.756 orang) yang merupakan asal virus corona.

Negara-negara tadi termasuk negara anggota Uni Eropa yang menggunakan euro sebagai mata uangnya. Virus corona kini menjadi salah satu sentimen utama pendorong melemahnya perekonomian di sejumlah negara.

Suatu negara dikatakan mengalami resesi jika perekonomiannya mengalami kontraksi atau pertumbuhan minus dalam dua kuartal beruntun. Buruknya pertumbuhan ekonomi di tiga bulan terakhir 2019 tersebut bisa jadi lebih parah akibat wabah virus corona atau yang disebut Covid 19.

Tanda-tanda pelambatan ekonomi di zona euro sebenarnya sudah terlihat sejak tahun lalu yang memaksa European Central Bank (ECB) memangkas suku bunga deposito (deposit facility) sebesar 10 basis poin (bps) menjadi -0,5%, sementara main refinancing facility tetap sebesar 0% dan suku bunga pinjaman (lending facility) juga tetap sebesar 0,25%.

ECB yang kala itu dipimpin Mario Draghi juga mengaktifkan kembali program pembelian aset (obligasi dan surat berharga) atau yang dikenal dengan quantitative easing (QE) yang sebelumnya sudah dihentikan pada akhir tahun 2018.

(Visited 66 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Call Now ButtonHubungi saya disini