DOLAR AS NAIK INVESTOR MASIH MENUNGGU STIMULUS

Kurs dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada akhir perdagangan Senin waktu setempat karena investor menunggu stimulus fiskal AS yang masih belum disetujui.

Stimulus fiskal pemerintah AS sebesar USD 2 triliun dirancang untuk menngurangi dampak dari penutupan bisnis akibat penyebaran virus corona,

Selain stimulus fiskal, Bank Sentral AS (The Fed) juga telah mengambil langkah-langkah yang belum pernah terjadi sebelumnya untuk mempermudah pinjaman kredit. Demikian seperti dilansir Reuters, Jakarta, Selasa (24/3/2020).

Dalam stimulus The Fed menyetujui langkah-langkah historis yang akan melihatnya untuk pertama kali mendukung pembelian obligasi korporasi dan mengarahkan pinjaman kepada perusahaan, memperluas kepemilikan asetnya sebanyak yang diperlukan untuk menstabilkan pasar keuangan, dan meluncurkan segera sebuah program untuk mendapatkan kredit untuk bisnis kecil dan menengah.

Dolar AS turun tajam ketika langkah-langkah diumumkan, tetapi secara bertahap naik kembali karena investor melihat ke pemerintah untuk meluncurkan stimulus.

“Satu hal yang benar-benar perlu kita lihat adalah lebih banyak amunisi fiskal yang diumumkan,” kata Mazen Issa, ahli strategi mata uang senior di TD Securities di New York.

Sekadar informasi, paket stimulus ekonomi untuk mengatasi coronavirus gagal untuk maju di Senat AS pada hari Senin ketika Demokrat mengatakan mengandung terlalu sedikit uang untuk rumah sakit dan tidak cukup pembatasan dana untuk membantu bisnis besar.

Berbagai tindakan bank sentral selama seminggu terakhir sejauh ini tidak dapat membendung kekuatan dolar, atau mengimbangi kelemahan saham.

Penguatan mata uang AS juga didorong oleh perputaran posisi dolar di antara dana lindung nilai menjadi net short dari keseluruhan taruhan panjang, menurut data posisi terbaru. Itu telah menggerakkan spekulasi bahwa reli dolar dapat sebagian dijelaskan oleh short-covering oleh investor.

Faksi Demokrat keberatan dengan rancangan undang-undang (RUU). Menurut mereka, RUU itu menguntungkan korporasi. Faksi Demokratingin lebih banyak dana federal disalurkan ke pusat-pusat kesehatan, panti jompo, masker, ventilator, alat pelindung diri dan membantu pemerintah negara bagian dan lokal untuk mengatasi pandemi COVID-19.

Bursa Berjangka Merosot

Kegagalan RUU menyebabkan bursa berjangka AS merosot. Indeks S&P turun 5 persen hingga memicu penghentian perdagangan sementara. Harga minyak juga jatuh.

Wall Street bangkit dari pekan terburuk sejak 2008 dan para investor beralih ke Kongres dan paket bantuan itu untuk meredam kerugian.

Ketua DPR Nancy Pelosi mengatakan kepada wartawan bahwa “belum ada perjanjian” mengenai paket bantuan untuk mendorong ekonomi AS. Paket bantuan itu sedianya akan memberi bantuan dana tunai kepada lebih dari 90 persen warga Amerika dan banyak bisnis di AS untuk membantu mereka mengatasi dampak ekonomi akibat virus corona.

 

Para pejabat tinggi kongres bertemu dengan Menteri Keuangan Steven Mnuchin, perunding utama yang diutus Presiden Donald Trump, dalam pembicaraan mengenai bantuan itu. Sebelumnya pada pagi hari, Mnuchin menyuarakan optimisme dalam wawancara di TV nasional bahwa sebuah perjanjian akan segera dicapai.

Pemimpin Republik di Senat Mitch McConnell mendukung sebuah RUU yang akan memberikan dana tunai dalam bentuk cek sebesar $1.200 dolar kepada sebagian besar orang dewasa AS dan menyediakan bantuan ratusan miliar dolar kepada bisnis-bisnis yang sangat terkena dampak pandemi.

Namun, Pelosi dan anggota Demokrat lain dikatakan khawatir usulan McConnell tidak cukup membantu para pekerja dan perlu persayaratan lebih ketat untuk mencegah perusahaan yang ditalangi, membeli saham-saham perusahaan sendiri yang hanya akan membuat eksekutif mereka semakin kaya.

sumber: https://economy.okezone.com/

Profit Konsisten Didimax

(Visited 25 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Call Now ButtonHubungi saya disini