Dolar AS Menguat Disaat Ketakutan Covid-19 Picu Krisis

Dolar AS Menguat Disaat Ketakutan Covid-19 Picu Krisis

Dolar AS menguat terhadap sekeranjang mata uang lainnya pada akhir perdagangan pasar valutas asing hari Rabu (18/3) atau Kamis (19/3) pagi WIB. Penguatan Dolar AS ini dipicu oleh kekhawatiran perusahaan dan para investor terhadap wabah virus corona.

Indeks Dolar AS, yang mengukur kekuatan greenback terhadap sekeranjang enam mata uang utama lainnya, naik sekitar 1,69 persen menjadi 101,08, tertinggi sejak bulan April 2017. Indeks ini pada laju untuk lompatan satu hari terbesarnya sejak tanggal 24 Juni 2016.


Banyak mata uang yang mencapai posisi terendah multi-tahun terhadap Dolar AS, termasuk Poundsterling Inggris, Dolar Australia, dan Dolar Selandia Baru. Tanda-tanda tekanan ada di mana-mana ketika bank-bank sentral global melanjutkan upaya untuk menjaga pasar uang tetap berfungsi normal.

EDUKASI TRADING FOREX GRATIS

“Dalam nada yang sama dengan konsumen mengosongkan rak di toko-toko kebutuhan pokok, para investor dan perusahaan memperlakukan greenback dengan cara yang sama, melahapnya dengan status sangat likuid,” kata Joe Manimbo, analis pasar senior, di Western Union Business Solutions di Washington, seperti dilansir dari Reuters.

Dolar AS telah menguat terhadap mata uang mitranya dalam beberapa hari terakhir meskipun ada dua penurunan suku bunga darurat oleh Federal Reserve AS bulan ini, yang telah membawa suku bunga AS turun ke angka nol. Indeks Dolar naik lebih dari enam persen selama tujuh sesi perdagangan terakhir.

Bank Sentral Eropa (ECB), Bank Sentral Inggris (BoE) dan Bank Sentral Swiss (SNB) semuanya mengadakan penjualan likuiditas Dolar pada Rabu (18/3), sebagai bagian dari suntikan dana yang terkoordinasi terbesar oleh bank sentral sejak krisis keuangan tahun 2007-2009.

Tingginya permintaan dalam lelang ini membuat beberapa orang gelisah di pasar uang, tetapi beberapa analis mengatakan bahwa karena sifat kekurangan Dolar yang meluas, jalur swap The Fed dengan bank-bank sentral utama mungkin tidak cukup.

“Meskipun langkah-langkah agresif oleh bank sentral untuk memastikan likuiditas dan pemulihan saluran seperti fasilitas pendanaan kertas komersial (commercial paper) The Fed, semua ditujukan untuk membendung kepanikan, ada kemungkinan bahwa dolar akan tetap kuat sampai ada tanda-tanda bahwa krisis virus corona telah teratasi,” ujar Jane Foley, ahli strategi senior valas di Rabobank, dalam sebuah catatan.

The Fed mengatakan pada hari Selasa (17/3), bahwa mereka akan mengembalikan fasilitas pendanaan yang digunakan selama krisis keuangan tahun 2008 untuk mendapatkan kredit secara langsung ke bisnis dan rumah tangga.

Pasar telah runtuh bulan ini karena para investor melikuidasi hampir semuanya aset mereka untuk uang tunai, menaikkan nilai Dolar AS dan biaya meminjam greenback di luar negeri. Mata uang yang terpapar ekspor bernasib sangat buruk terhadap greenback.

Dolar Australia merosot ke level terendah dalam 17-tahun di 0,5702 Dolar pada hari Rabu (18/3), sementara dolar Selandia Baru menyentuh level terendah dalam 11 tahun terakhir, yakni mendekati level harga 0,5697 Dolar AS. Poundsterling jatuh sekitar 3,73 persen menjadi 1,16 Dolar AS, terendah sejak bulan Oktober 2016.

Bahkan mata uang lain yang dianggap sebagai safe-haven juga melemah terhadap greenback, dengan Yen Jepang turun sekitar 0,4 persen dan franc Swiss turun sekitar 0,8 persen. Dolar Kanada melemah ke level terendah empat tahun terhadap greenback pada hari Rabu (18/3) karena harga minyak yang juga melemah.

Edukasi dan Bimbingan Trading Forex di Didimax

 

 

sumber : Republika Online

(Visited 15 times, 1 visits today)

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *

Call Now ButtonHubungi saya disini